DENPASAR, HOTINBALI.com- Kaum muda
mendedikasikan dirinya untuk pembelaan nelayan, petani dan Kelompok
marjinal lainnya. Hal ini terlihat dalam sebuah seremonial pembukaan Bali
Week Of Action , gelaran acara yang diselenggarakan di
Gedung Olag Raga (GOR) Yuwana Mandala,Tembau, Denapasar-Bali, 1
Desember 2013.
Kelompok muda yang
yang menamkan dirinya Youth Food Movement (YFM) yang
berjumlah 50 orang ini memang sengaja datang ke Bali setelah melewatiroad
show –nya di beberapa Kabupaten dan Kota di wilayah Jawa
untuk melakukan aksi –aksi kreatif yang mengkritisi kebijakan World
Trade Organization (WTO), sebuah organisasi perdagangan dunia yang akan
melangsungkan Konferensi Tingkat Menteri (KTM-9) di Nusa Dua Bali.
Dalam seremoni yang
dilakukan di gedung GOR Yuwana Mandala ini, kelompok pemuda YFM ini diterima
oleh delegasi dari berbagai negara di Asia Pasifik yang sedang melangsungkan
pertemuan Social Movement for Alternative Asia (SMAA) dimana acara ini
meruapakan bagian dari rangkaian acara Bali Week Of Action yang digelar pada
1-6 Desember di Denpasar, Bali.
“Kami memang sengaja
ke Bali ini untuk mengabarkan tentang kebijakan pangan yang dilakukan oleh WTO
memang tidak adil. Karena kebijkan mereka berpengaruh langsung terhadap sektor
pertanian, buruh dan pelajar maupun mahasiswa,” ujar Saiful Munir, Koordinator
YFM.
Kedatangan pemuda YFM
ini disambut hangat oleh alunan musik yang berjudul Rakyat Bersatau Tak
Bisa Dikalahkan, yang dikemas dalam lima bahasa, Indonesia, Thailand,
Filipina, Spanyol dan Inggris. “Kelima bahasa itu menyimbolkan bahwa acara Bali
Week Action ini memang memiliki prinsip solidaritas internasional untuk
mengakhiri WTO,” kata Muhammad Ikhwan, anggota tim media center Bali Week Of
Action.
Sekadar informasi,
kata Ikhwan, bahwa Bali Week Action yang diseleggarakan di Denpasar , Bali ini
adalah pekan aksi dari gerakan masyarakat sipil seluruh dunia yang ingin
mengakhiri segala praktik ketidak adilan perdagangan dan ekonomi dunia
selama ini. Partisipant peserta dalam gerlar acara ini berasal dari organisasi
masyarakat sipil dari seleuruh Negara. Dalam acara ini, kembali kepada
Saiful, memang peran pemuda haruslah kritis. “Minimal, kita tidak memiliki
kewajiban menanguntuk melawan WTO, tetapi kita wajib untuk tidak diam dengan
ketidakadilan social dan ekonomi di negeri ini,” imbuh Saiful Munir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar