Sabtu, 30 November 2013

Youth Food Movement Tiba di Bali



DENPASAR, HOTINBALI.com- Kaum muda mendedikasikan dirinya untuk  pembelaan nelayan, petani dan Kelompok marjinal lainnya. Hal ini terlihat dalam sebuah seremonial pembukaan  Bali Week Of Action ,   gelaran acara yang diselenggarakan di Gedung Olag Raga (GOR) Yuwana Mandala,Tembau,  Denapasar-Bali,  1 Desember 2013. 

Kelompok muda yang yang menamkan dirinya Youth Food Movement (YFM) yang  berjumlah 50 orang  ini memang sengaja datang ke Bali setelah melewatiroad show –nya di beberapa Kabupaten  dan Kota di wilayah Jawa untuk  melakukan aksi –aksi kreatif yang mengkritisi kebijakan World Trade  Organization (WTO), sebuah organisasi perdagangan dunia yang akan melangsungkan Konferensi Tingkat Menteri (KTM-9) di Nusa Dua Bali.

Dalam seremoni yang dilakukan di gedung GOR Yuwana Mandala ini, kelompok pemuda YFM ini diterima oleh delegasi dari berbagai negara di Asia Pasifik  yang sedang melangsungkan pertemuan Social Movement for Alternative Asia (SMAA)  dimana acara ini meruapakan bagian dari rangkaian acara Bali Week Of Action yang digelar pada 1-6 Desember di Denpasar, Bali.

“Kami memang sengaja ke Bali ini untuk mengabarkan tentang kebijakan pangan yang dilakukan oleh WTO memang tidak adil. Karena kebijkan mereka berpengaruh langsung terhadap sektor pertanian, buruh dan pelajar maupun mahasiswa,” ujar Saiful Munir, Koordinator YFM.

Kedatangan pemuda YFM ini disambut hangat oleh alunan musik yang berjudul Rakyat Bersatau Tak Bisa Dikalahkan, yang dikemas dalam lima bahasa, Indonesia, Thailand, Filipina, Spanyol dan Inggris. “Kelima bahasa itu menyimbolkan bahwa acara Bali Week Action ini memang memiliki prinsip solidaritas internasional untuk mengakhiri WTO,” kata Muhammad Ikhwan, anggota tim media center Bali Week Of Action.

Sekadar informasi, kata Ikhwan, bahwa Bali Week Action yang diseleggarakan di Denpasar , Bali ini adalah pekan aksi dari gerakan masyarakat sipil seluruh dunia yang ingin mengakhiri segala  praktik ketidak adilan perdagangan dan ekonomi dunia selama ini. Partisipant peserta dalam gerlar acara ini berasal dari organisasi masyarakat sipil dari seleuruh Negara.  Dalam acara ini, kembali kepada Saiful, memang peran pemuda haruslah kritis. “Minimal, kita tidak memiliki kewajiban menanguntuk melawan WTO, tetapi kita wajib untuk tidak diam dengan ketidakadilan social dan ekonomi di negeri ini,” imbuh Saiful Munir.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar