Sabtu, 30 November 2013

Hoi, Kuota Plus Dong



DENPASAR, HOTINBALI,com - Enak betul kaum perempuan. Belum apa-apa sudah dijatah 30 % di Daftar Calon Tetap (DCT). Sementara para lelaki harus berebut dan berdesakan berebut tiket itu.


Itulah keluhan yang kini sering dilontarkan  politisi pria.  Padahal secara kualitas, para caleg perempuan itu tak otomatis memberi nuansa positif pada kinerja dewan bila terpilih nanti. Salah-satu yang seering disebut adalah Hening Puspitarini.  Politisi PDIP ini selalu tampil mewah ketika berkantor di gedung dewan. Gelang mahal selalu melilit di tangan perempuan berkulit putih tersebut.Anting panjang dengan batu menyala selalu dikenakan. Pun halnya dengan cincin berbatu merah berkelir emas, selalu dikenakan di jari tengah tangan kirinya. Jangan pula tanya soal tampilan fisik. Dandanan menor dengan rambut semiran kuning menjadi ciri khas anggota Komisi IV DPRD Bali itu.

Dalam berbusana, Hening selalu mengenakan pakaian seksi. Dengan bawahan yang selalu mengenakan rok mini, beberapa kali ia dijahili oleh rekan pria sesama anggota DPRD Bali. Meski tampil glamour, Hening jarang sekali mengomentari suatu hal yang berkaitan dengan tugasnya. Ketika dicoba diwawancarai, jawaban pun jarang muncul dari mulut Hening. Ia lebih memilih melempar pertanyaan tersebut kepada rekan lain di komisinya.

Tiap kali menjalani kunjungan kerja ke luar negeri, buah tangan berupa aksesoris selalu dibelinya. Ia gemar berburu barang-barang mewah keluaran luar negeri. Bahkan pada suatu kesempatan, Hening harus meminjam uang Rp1 juta membeli peralatan make up dari rekannya sesama Komisi IV DPRD Bali.  "Dua minggu aku kembalikan,"  seperti diungkap rekan se-Fraksinya Nyoman Parta.

Hingga akhirnya, entah bertalian atau tidak, perempuan beranak dua itu kini terjerat kasus dugaan korupsi penyalahgunaan dana bantuan social (Bansos). Hening kini menjadi tersangka. Wajahnya mulai kuyu. Make-up dikenakan seadanya. Tampak sekali jika kasus yang membelitnya begitu mengganggu performa dan psikologisnya. Selangkah lagi, ia akan menyusul suaminya di balik jeruji besi.

Ketua LSM Bali Sruti Ni Luh Riniti Rahayu mengatakan, secara kualitas kebanyakan anggota wakil rakyat dari kalangan perempuan masih diragukan. “Bahkan, ada kekhawatiran kebanyakan dari mereka hanya menjadi pelengkap dalam pencelegan, namun tak mampu berbicara banyak,” katanya.  Dari segi kualitas belum tentu semua caleg perempuan ini berkualitas, tidak berbekal pendidikan politik dan komunikasi politik yang memadai. Sebab, sejauh ini baru kuantitas terpenuhi tapi kualitasnya masih belum semua bagus

Rahayu menegaskan pentingnya bagi caleg perempuan harus terus meningkatkan kualitas dan mengisi diri dengan pendidikan dan komunikasi politik, jika memang benar ingin mendapatkan kepercayaan publik dan menggeser dominasi wakil rakyat laki-laki.
Caleg perempuan juga harus mampu menangkap isu permasalahan gender lalu memperjuangkannya. Mereka diharapkan berada di garda depan untuk memperjuangkan kepentingan perempuan dan kesetaraan gender. Ibaratnya, seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya, dan istri yang baik bagi suaminya, caleg perempuan mesti juga bisa jadi panutan baik dari sisi penampilan maupun bersikap dewasa.

Memang ini bukan hal yang mudah. Sebab dunia politik selama ini dijauhkan dari kehidupan perempuan. Selama masa transisi ini diperlukan kesabaran untuk menunggu mereka lebih siap menempuh keras dan terjalnya jalan politik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar