DENPASAR, HOTINBALI,com - Enak
betul kaum perempuan. Belum apa-apa sudah dijatah 30 % di Daftar Calon Tetap
(DCT). Sementara para lelaki harus berebut dan berdesakan berebut tiket itu.
Itulah keluhan
yang kini sering dilontarkan politisi
pria. Padahal secara kualitas, para
caleg perempuan itu tak otomatis memberi nuansa positif pada kinerja dewan bila
terpilih nanti. Salah-satu yang seering disebut adalah Hening Puspitarini. Politisi PDIP ini selalu tampil mewah ketika
berkantor di gedung dewan. Gelang mahal selalu melilit di tangan perempuan
berkulit putih tersebut.Anting panjang dengan batu menyala selalu dikenakan.
Pun halnya dengan cincin berbatu merah berkelir emas, selalu dikenakan di jari
tengah tangan kirinya. Jangan pula tanya soal tampilan fisik. Dandanan menor
dengan rambut semiran kuning menjadi ciri khas anggota Komisi IV DPRD Bali itu.
Dalam berbusana,
Hening selalu mengenakan pakaian seksi. Dengan bawahan yang selalu mengenakan
rok mini, beberapa kali ia dijahili oleh rekan pria sesama anggota DPRD Bali.
Meski tampil glamour, Hening jarang sekali mengomentari suatu hal yang
berkaitan dengan tugasnya. Ketika dicoba diwawancarai, jawaban pun jarang
muncul dari mulut Hening. Ia lebih memilih melempar pertanyaan tersebut kepada
rekan lain di komisinya.
Tiap kali
menjalani kunjungan kerja ke luar negeri, buah tangan berupa aksesoris selalu
dibelinya. Ia gemar berburu barang-barang mewah keluaran luar negeri. Bahkan
pada suatu kesempatan, Hening harus meminjam uang Rp1 juta membeli peralatan
make up dari rekannya sesama Komisi IV DPRD Bali. "Dua minggu aku
kembalikan," seperti diungkap rekan
se-Fraksinya Nyoman Parta.
Hingga akhirnya,
entah bertalian atau tidak, perempuan beranak dua itu kini terjerat kasus
dugaan korupsi penyalahgunaan dana bantuan social (Bansos). Hening kini menjadi
tersangka. Wajahnya mulai kuyu. Make-up dikenakan seadanya. Tampak sekali jika
kasus yang membelitnya begitu mengganggu performa dan psikologisnya. Selangkah
lagi, ia akan menyusul suaminya di balik jeruji besi.
Ketua LSM Bali
Sruti Ni Luh Riniti Rahayu mengatakan, secara kualitas kebanyakan anggota wakil
rakyat dari kalangan perempuan masih diragukan. “Bahkan, ada kekhawatiran
kebanyakan dari mereka hanya menjadi pelengkap dalam pencelegan, namun tak
mampu berbicara banyak,” katanya. Dari segi kualitas belum tentu semua
caleg perempuan ini berkualitas, tidak berbekal pendidikan politik dan
komunikasi politik yang memadai. Sebab, sejauh ini baru kuantitas terpenuhi
tapi kualitasnya masih belum semua bagus
Rahayu
menegaskan pentingnya bagi caleg perempuan harus terus meningkatkan kualitas
dan mengisi diri dengan pendidikan dan komunikasi politik, jika memang benar
ingin mendapatkan kepercayaan publik dan menggeser dominasi wakil rakyat
laki-laki.
Caleg perempuan
juga harus mampu menangkap isu permasalahan gender lalu memperjuangkannya.
Mereka diharapkan berada di garda depan untuk memperjuangkan kepentingan
perempuan dan kesetaraan gender. Ibaratnya, seorang ibu yang baik bagi
anak-anaknya, dan istri yang baik bagi suaminya, caleg perempuan mesti juga
bisa jadi panutan baik dari sisi penampilan maupun bersikap dewasa.
Memang ini bukan
hal yang mudah. Sebab dunia politik selama ini dijauhkan dari kehidupan
perempuan. Selama masa transisi ini diperlukan kesabaran untuk menunggu mereka
lebih siap menempuh keras dan terjalnya jalan politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar